OTOMASI DAN DIGITALISASI
PERPUSTAKAAN
La Tommeng, S.Sos.,M.Si.
Ø
Pendahuluan
Makalah ini
ditulis sebagai bahan ceramah dalam acara ”............................."
yang bertujuan untuk mempersiapkan SDM sebagai calon pustakawan profesional
dalam era informasi, makalah ini disusun dari tiga arah. Pertama, sekilas
mengkaji kegiatan Pengelolaan Perpustakaan dengan sistem Komputerisasi
perpustakaan; kedua, membahas perkembangan teknologi informasi; dan ketiga
mempertemukan tuntutan pelayanan perpustakaan yang didukung oleh kemajuan
teknologi informasi. Dalam makalah ini, istilah teknologi informasi diartikan
sebagai perpaduan antara teknologi komputer dan teknologi komunikasi.
Dalam rangka
meningkatkan pengelolaan dan layanan perpustakaan dan agar perpustakaan tidak
ditinggalkan penggunanya, sudah merupakan tugas bagi perpustakaan mulai
menerapkan teknologi modern dalam berbagai aspek untuk membantu sistem
layanannya. Karena itu perpustakaan dapat mulai menerapkan sistem otomasi untuk
berbagai kegiatan dan transaksi layanan perpustakaan. Selanjutnya perpustakaan harus mulai merintis
langkah-langkah untuk menuju layanan perpustakaan digital.
Ø
Otomasi Perpustakaan
Ketika kita berbicara soal
perpustakaan dan teknologi informasi, kita akan dihadapkan pada dua istilah
yang berbeda yaitu otomasi
perpustakaan dan perpustakaan
elektronik. Keduanya memiliki arti dan fungsi yang berbeda.
Otomasi perpustakaan adalah
sebuah sistem informasi yang diterapkan dalam sistem pelayanan di perpustakaan
sehingga beberapa pekerjaan dapat dilakukan secara otomatis dengan bantuan
teknologi informasi tersebut. Beberapa fungsi yang dijalankan dalam otomasi
perpustakaan adalah: pencarian buku di database katalog, peminjaman,
pengembalian, pemesanan, pembuatan laporan dan statistik, dan sebagainya. Fungsi-fungsi
ini pada dasarnya adalah fungsi perpustakaan untuk melayani anggotanya. Dengan
demikian otomasi perpustakaan ditujukan untuk membatu pelaksanaan pekerjaan
pustakawan sehari-hari.
Sedangkan perpustakaan
elektronik adalah sebuah bentuk lain dari perpustakaan yang koleksinya memiliki
format elektronik atau digital. Dokumen, kaset audio, video, peta, dan semua
jenis koleksi perpustakaan pada umumnya, disimpan dalam format elektronik.
Koleksi-koleksi tersebut disimpan dalam ‘rak-rak’ elektronik yang secara fisik
ukurannya sangat kecil dibandingkan dengan ruangan untuk menyimpan buku-buku di
perpustakaan biasa. Yaitu disimpan dalam hard disk server komputer yang
berperan sebagai server perpustakaan elektronik. Perpustakaan elektronik
biasanya tidak bisa dipisahkan dari ketersediaan jaringan komputer untuk
mengakses koleksi di server. Hal ini lah yang menjadi salah satu keunggulan
dari perpustakaan elektronik sehingga pengguna dapat mengakses koleksi sebuah
perpustakaan elektornik tanpa harus berkunjung ke lokasinya secara fisik, namun
cukup dengan mengaksesnya lewat jaringan komputer atau internet. Secara fisik
pengunjung bisa berada di manapun asal terdapat akses ke server perpustakaan
digital. Di sini tidak ada istilah ‘meminjam’ buku, tetapi yang ada adalah
‘mendownload’, mengakses, memainkan, mengupload, dan searching
Namun
yang masih menjadi kendala pengembangan perpustakaan elektronik adalah
ketersediaan koleksi dalam bentuk elektronik, jalur internet yang lambat, dan
masih sedikitnya masyarakat yang memiliki komputer dan akses ke internet.
Otomasi
perpustakaan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna perpustakaan
tentang informasi yang semakin kompleks, baik kualitas maupun kuantitasnya.
Pengguna ingin memperoleh pelayanan secara cepat, tepat dan akurat. Otornasi
perpustakaan juga dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kinerja dan
perpustakaan, sehingga perpustakaan dapat memiliki daya saing dengan
perpustakaan lainnya, dengan menonjolkan segi kepraktisan, kemudahan, kecepatan
dan keakuratan dalam pelayanannya.
Perpustakaan
diharapkan mampu memenuhi dan mengantisipasi kebutuhan pengguna pada era
globalisasi, dimana informasi dengan mudah menyebar keseluruh penjuru dunia
dalam waktu sekejap. Tanpa kemampuan memenuhi kebutuhan pengguna di bidang kualitas
informasi, kecepatan dan keakuratan informasi yang disampaikan, maka
perpustakaan akan ketinggalan dan ditinggalkan oleh penggunanya.
Pelaksanaan
otomasi perpustakaan dapat dilakukan secara bertahap oleh suatu perpustakaan,
mulai dari proses pengadaan koleksi, pengolahan dan pelayanan perpustakaan.
Tahap-tahap tersebut dapat berbeda antara satu perpustakaan dengan perpustakaan
lainnya, tergantung pada prioritas perpustakaan yang bersangkutan.
Pelaksanaan
otomasi perpustakaan dapat dilakukan secara bertahap oleh suatu perpustakaan,
mulai dari proses pengadaan koleksi, pengolahan dan pelayanan perpustakaan.
Tahap-tahap tersebut dapat berbeda antara satu perpustakaan dengan perpustakaan
lainnya, tergantung pada prioritas perpustakaan yang bersangkutan.
Kegiatan di perpustakaan yang dikelola dengan sistem otomasi antara lain:
1.
Sirkulasi
Sistem sirkulasi yang terotomasi mencakup semua administrasi peminjaman dan
pengembalian buku , reservasi (pesanan buku yang akan dipinjam), perhitungan
denda dan peringatan kepada peminjam tentang keterlambatan pinjaman., statistik
dsb, Satu terminal komputer dapat menggantrikan setumpuk kartu peminjaman dan
dapat mempercepat proses layanan.
Tujuan utama dari sistem sirkulasi berbasis komputer adalah pencatatan
secara sistematis item-item yang dipinjam serta data rinci peminjamannya. Lebih
spesifik, otomasi sirkulasi seharusnya menyediakan data sbb:
a.
daftar
koleksi yang tersedia.
b.
Buku
yang dipinjam
c.
Buku yang dikembalikan dan atau diperpanjang
d.
Tanggal
jatuh tempo pinjaman
e.
Apakah peminjam dimungkinkan untuk meminjam lagi
f.
Jika peminjam mencoba meminjam lebih dari yang seharusnya
g.
Mendeteksi persoalan peminjam pada saat transaksi
h.
Pemesanan
koleksi
i.
Denda
j.
Data
koleksi yang dipinjam
k.
Statistik
pinjaman
Salah satu contoh
program aplikasi yang memanfaatkan Winisis dengan bantuan Visual Basic adalah
SIPISIS versi Windows, yang dikembangkan oleh Tim Otomasi Perpustakaan
Universitas Hasanuddin sejak tahun 1997.
Saat ini program SIPISIS Versi Windows baru diinstal pada empat
lokasi. Sedangkan SIPISIS versi DOS yang
dibuat sejak tahun 1997 sudah diinstal tidak kurang dari 120 lokasi di seluruh
Indonesia. Berikut
contoh tampilan SIPISIS versi Windows.
Contoh tampilan awal program SIPISIS
versi Windows
Sistem Pendataan Pengunjung
Sistem Scurity buku
2.
Pengadaan bahan pustaka (acquisitions)
Pengadaan bahan pustaka
terutama jurnal. CD-ROM yang didatangkan dari luar negeri. biasanya bekerja
sama dengan perpustakaan lain, baik secara membeli, tukar menukar, ataupun
hadiah.
Adapun otomasi di bidang
pengadaan dimaksudkan untuk menjalankan fungsi-fungsi sbb:
a. data koleksi yang akan
dibeli
b. data koleksi yang belum
dibeli
c. daftar
pesanan ke rekanan
d. daftar
koleksi yang sedang dalam pesanan
e. data
pesnana yang belum diterima
f. pembukuan
g. data
koleksi yang baru tiba dan statistik
Apabila
perpustakaan menyediakan fasilitas online terhadap pengadaan maka fungsi-fungsi
tersebut semakin luas misalnya dapat dilakukan penelusuran ke toko
buku/penerbit untuk mengetahui apakah buku yang dipesan masih terbit atau
tidak, data harga buku, syarat-syarat pemesanan dari penerbit/toko buku dsb.
Katalogisasi
Otomasi di bidang katalogisasi berupa
manajemen basis data bibliografi, yang memudahkan dalam proses temu balik
informasi dan perolehan format katalog secara cepat dan akurat.
Ada
beberapa alasan mengapa perlu otomasi katalogisasi antara lain:
Ø perlu
penyediaan sarana akses ke koleksi
Ø daya
telusur yang lebih baik
Ø pembuatan
katalog induk
Ø menghilangkan
atau mengurangi ketidakkonsistenan data bibliografi
Ø mengurangi
biaya perawatan kartu katalog
Ø karena
tuntutan perubahan
Ø
Sistem
katalogisasi yang berbasis komputer idealnya mencakup karakteristik sbb:
Ø terlaksananya
akses online ke database bibliografi yang diperlukan
Ø Dengan
persentase cantuman yang tinggi berarti mengurangi kegiatan katalogisasi
original
Ø konsistensi data
bibliografi
Ø pengedalian kepengarangan
Ø data
dalam katalog dapat diakses melalui berbagai cara dan bentuk
Pengolahan jurnal
Pengolahan
jurnal menimbulkan sejumlah persoalan apabila ditangani secara manual. Sifat
jurnal yang berbeda dari buku dimana jurnal secara karaklteristik memiliki
keunikan seperti nomor volume, nomor terbitan, frekuensi terbitan, sifat
perolehan, masa terbitan, judul yang kerap kali berubah, penerbit berganti, dan
sebagainya. Oleh karena itu, pengolahan jurnal berbasis komputer dimaksudkan
untuk mendapatkan data jurnal yang akurat dan konsisten meliputi data sbb:
a.
judul
b.
subjek
c.
nama
agen
d.
data
jurnal yang telah diterima
e.
mengirim
data jurnal yang belum diterima ke agen/penerbit
f.
judul-judul dapat disortir menurut abjad dengan cepat.
Ø
MEMBANGUN
PERPUSTAKAAN DIJITAL
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun perpustakaan dijital,
yaitu antara lain;
a. Sumberdaya manusia (pustakawan)
b. Sumberdaya teknologi
c. Sumberdaya finansial
d. Sumberdaya organisasi
a.
Sumberdaya manusia
Sumberdaya manusia perpustakaan , merupakan elemen
penting dalam membangun perpus-takaan dijital. Pustakawan selayaknya mempunyai
semagat yang kuat untuk membangunnya.
Pustakawan harus memiliki kompetensi manajerial lebih dari yang dimiliki
sekarang.
Kompetensi manajerial itu adalah ;Dream, Goal,
Strategy, Action , Result dan Evaluation.
Dream
: merupakan cita-cita, impian, visi yang kuat untuk dicapai.
Goal
: sasaran jangka pendek untuk mencapai impian,
Strategy
: merupakan cara untuk mencapai sasaran
Action
: pelaksanaan dari strategi di lapangan
Result : hasil yang dicapai. Apakah
sudah mencapai sasaran yang diharapkan.
Evaluation : adalah upaya
untuk menilai apakah sasaran benar-benar tercapai. Jika tidak perlu di evaluasi
dan strategi yang perlu diubah, bukan goal.
Disamping ketrampilan manajerial, untuk membangun
perpustakaan dijital dibutuhkan ketram-pilan teknis. Seperti yang dikatakan
Chisenga (2003), ketrampilan teknis dibutuhkan tergantung sifat dan canggihnya
perpustakaan dijital yang dibangun, seperti : hardware specialist, networks
administrators, database administrators, programmers, content developers,
information managers dll. Bahkan ada opini yang mengatakan kompetensi
tambahan
yang harus dimilki pustakawan adalah :
a.
Kemampuan dalam penggunaan komputer ( computer literacy)
b.
Kemampuan dalam menguasai basis data ( databases management)
c. Kemampuan dalam penguasaan peralatan teknologi
informasi (tools and technology skills)
d.
Kemampuan dalam penguasaan teknologi jaringan (computer networks)
e.
Kemampuan dalam penguasaan Internet dan/atau Intranet.
Dengan menguasai kompetensi diatas baik kompetensi
manajerial dan kompetensi teknologi informasi, Pustakawan dapat mengelola
perpustakaan dijital dengan baik. Jasa perpustakaan menjadi lebih baik dan
citra perpustakaanpun menjadi lebih menarik.
b.
Sumberdaya teknologi
Teknologi adalah alat. Teknologi semakin canggih dan
sangat mendukung untuk membangun perpustakaan dijital. Perkembangan teknologi
informasi terus bergerak maju. Sumberdaya ini dibedakan dua yaitu : perangkat
keras dan perangkat lunak. Yang termasuk perangkat keras adalah : Komputer, Server,
scanner, photo dijital, modem (untuk sambungan ke Internet), sambungan
tilpun, jaringan dll. Sedangkan untuk perangkat lunak , misalnya : Acrobat
Reader, GDL dll.
c.
Sumberdaya finansial
Abjad a dan b di atas akan dapat diwujudkan jika
sumberdaya finasial mencukupi. Untuk itu rekomendasi Dikti dalam Perpustakaan
Perguruan Tinggi : Buku Pedoman 2004 yang menyatakan bahwa jumlah dana yang
disarankan adalah 5% dari seluruh anggaran perguruan tinggi. Untuk perguruan
tinggi negeri, gaji pengawai tidak termasuk ke dalam persentasi tersebut.Jumlah
tersebut adalah wajar jika perpustakaan dianggap sebagai jantung perguruan
tinggi. Dalam hal perpustakaan dijital sudah seharusnya menjadi visi institusi,
sehingga keberadaan dana tersebut dapat diharapkan. Untuk itu pustakawan harus
selalu mengadakan pendekatan cantik kepada pengambil kebijakan. Disamping itu
ia juga harus mencari dukungan dari pihak lain untuk membantu mendapat dana
yang diharapkan. Pola kompetisi saat ini dengan memberikan block grand kepada
perpustakaan perlu diperjuangkan. Karena dengan penuh semangat, optimisme,
kerja keras dan berdoa dana tersebut bias diperoleh.
d.
Sumberdaya organisasi
Struktur organisasi mikro perpustakaan perlu
disesuaikan. Hal ini penting agar kegiatan digitalisasi dapat ditampung di
suatu wadah dengan penanggung jawab tertentu. Bila perlu ada Bagian
Digitalisasi, disamping Bagian Jasa Teknis , Jasa Pengguna, dan Bagian
Administrasi. Sehingga bagian ini akan fokus untuk menangani dijitalisasi
koleksi sampai koleksi tersebut siap untuk di upload dan diakses oleh
pengguna.
Winisis Untuk Sistem Otomasi dan Digitalisasi Dokumen
Banyak sistem
otomasi perpustakaan yang dapat digunakan.
Ada sistem buatan dalam negeri,
ada pula buatan luar negeri. Buatan luar negeri, walau banyak pula yang dapat
diperoleh secara gratis, namun kebanyakan tidak sesuai dengan kebutuhan. Terutama karena menggunakan bahasa asing
(Inggris). Sedangkan sistem otomasi
buatan dalam negeri kebanyakan harganya masih tidak terjangkau oleh pada
umumnya perpustakaan kecil.
Dengan Winisis
yang gratis ini kita dapat membuat sistem otomasi sederhana namun berdaya
guna. Program ini meskipun sederhana
namun cukup fleksibel dan dapat dikembangkan oleh pengguna yang kreatif. Sistem ini banyak digunakan di Indonesia
sehingga mudah bagi penggunanya untuk berkonsultasi dengan pengguna lain. Lain
dari pada itu, sistem ini pada umumnya diajarkan pada lembaga pendidikan
perpustakaan di Indonesia. Itulah sebabnya dengan menggunakan Winisis kita
dapat membuat sistem otomasi perpustakaan digital secara tepat guna dan murah
meriah.
Contoh tampilan Winisis untuk penelusuran informasi dan full Text
Winisis dapat
pula digunakan untuk sistem otomasi sirkulasi tanpa memerlukan kemampuan
pemograman yang rumit. Tentu saja jika
frekuensi transaksi sirkulasi tidak terlalu besar dalam satu hari. Bagi perpustakaan kecil dengan frekuensi
peminjaman misalnya dibawah 50 transaksi dalam sehari, kiranya dapat
menggunakan sistem Winisis tanpa pemograman untuk sistem sirkulasinya. Namun
untuk perpustakaan yang volume sirkulasi bukunya cukup besar, diperlukan pengembangan yang
lebih canggih, misalnya tambahan pemograman menggunakan Visual Basic atau
Delphi.
Secara sederhana penayangan
data Winisis di internet dapat pula dilakukan dengan sebelumnya melakukan
konversi data Winisis ke bentuk XML (Extensible Markup Language) untuk kemudian
data bentuk XML dapat ditelusur menggunakan program browser biasa. Selain
itu basisdata yang dihasilkan dengan program Winisis dapat pula diakses melalui internet menggunakan program
tertentu, misalnya ISISONLINE. Dengan pilihan program ISISONLINE, database
Winisis dapat dimanfaatkan langsung tandapa konversi ke format database lain.
Tentu saja untuk penyimpanan data dan programnya perlu dipilih opsi server internet sesuai kebutuhan dan
kemampuan.
Selain itu
database CDS/ISIS (Winisis) datap dikembangkan ke layanan perpustakaan digital.
Untuk itu data dan program perlu disimpan pada server yang dapat diakses via
internet. Tentu saja perlu dipilih opsi penitipan data yang sesuai kebutuhan
dan kemampuan perpustakaan. Salah satu
program yang dapat dipilih adalah GDL (Ganesha Digital Library). Dengan GDL database perpustakaan dapat
ditayangkan via internet, sekaligus dapat menampilkan full-text dari
dokumen jika tersedia. Kalau GDL yang digunakan, maka database CDS/ISIS perlu
dikonversi lebih dahulu ke format database SQL.
Contoh
tampilan awal website Universitas Hasanuddin
Salah satu cara sederhana
dan murah meriah menitipkan basisdata hasil pengolahan Winisis pada internet
adalah dengan mengubah seluruh cantuman
ke bentuk XML (Extensible Markup Language). Format XML adalah pengembangan dari format HTML. Bentuk
XML inilah yang dapat disimpan di internet, tentunya setelah dilengkapi dengan
halaman homepage berbasis HTML.
Ada beberapa jasa penitipan gratis yang dapat digunakan, misalnya Geocities
atau Tripod.
Dokumen versi
lengkapnya (fulltext) dapat dibuat menggunakan format PDF (Portable
Dopcument Format). Untuk mendapatkan dokumen lengkap dengan format PDF ini,
dapat dikonversi dari dokumen format DOC (MS.WORD) yang sudah dalam bentuk
digital atau melakukan konversi teks tercetak ke digital (document scanning). Untuk dokumen yang sudah dalam bentuk
digital, misalnya makalah, dapat segera dikonversikan ke bentuk PDF melalui
fasilitas yang ada pada MS.WORD.
Dokumen yang
masih dalam bentuk tercetak perlu dilakukan proses scanning menggunakan
peralatan scanner misalnya Flatbed Document Scanner atau ADF (Automatic Document Feeder) Document
Scanner. Tipe flatbed adalah document
scanner yang hanya mampu melakukan proses scanning lembar per
lembar. Sedangkan tipe ADF dapat
melakukan proses scanning lebih cepat karena dapat menscan
dokumen dalam jumlah banyak sekali gus.
MENCETAK BARCODE DENGAN PROGRAM BARCODE 97
Program Barcode 97
adalah program freeware yang dapat digunakan untuk membuat image barcode dari
input karakter berupa angka (0-9), abjad (A-Z) atau karakter-karakter lain
seperti spasi, +, -, $, titik, titik koma dsb, dengan panjang tertentu sesuai
dengan jenis barcode yang dipilih. Beberapa
jenis barcode yang umum digunakan adalah Code 39, Code 93, EAN 8, EAN 12, UPC
version A, 2 of 5 Interleaved atau 2 of 5 Matrix. Program Barcode 97 hanya
berfungsi mengkonversi karakter yang diinput ke bentuk image barcode yang
disimpan sementara di clipboard Windows.
Selanjutnya jika akan dicetak ke kertas image barcode yang berada di
clipboard itu perlu dipastekan ke suatu halaman yang telah dibuka menggunakan
program pengolah-kata tertentu, misalnya MS.Word. Pencetakan selanjutnya dilakukan melalui
program MS.Word yang sudah menampung image barcode yang akan dicetak. Demikian
seterusnya untuk image barcode lain. Baca juga tulisan lain penulis dengan
judul Manfaat Barcode untuk Otomasi Perpustakaan.
Berikut adalah file program Barcode 97:
Langkah-langkah
untuk membuat barcode menggunakan program Bacode 97:
1.
Jalankan
program Barcode 97, dengan mengklik ikon Barcode 97 (gambar BARCODE)
pada desktop, atau masuk ke folder tempat menyimpan file program
Barcode 97 melalui Windows Explorer kemudian klik ikon Barcode 97 akan
muncul tampilan berikut:
2. Atur parameternya sesuai
dengan kebutuhan. Lihat contoh diatas.
3.
Isikan
nomor kode barcode yang akan dicetak, misalnya 770000437. Setelah menekan ENTER, maka image barcode seperti
diatas langsung dipreview pada suatu jendela popup kecil.
4. Klik COPY, untuk menyimpan
image barcode tersebut pada cliclippboard.
5. Kemudian buka suatu dokumen
pada Program MSWord.
6.
Buat
template berupa tabel untuk menyimpan image barcode yang akan dibuat misalnya
seperti berikut:
7.
Klik
pada kotak pertama, lalu klik PASTE untuk memasukkan image barcode pada dokumen
MS.Word tersebut. Demikian seterusnya untuk angka-angka yang lain pada kotak
tabel lainnya dengan cara yang sama, sehingga muncul tampilan seperti berikut:
|
|
|
|
Dstnya
|
|
|
|
|
|
|
|
8.
Lengkapi
dengan mengisi image barcode pada semua kotak, sehingga sesuai dengan lebar
kertas yang akan digunakan untuk mencetak barcode tersebut.
9.
Lakukan
dengan cara yang sama untuk mencetak barcode BUKU dan barcode untuk kartu
anggota.
10. Simpan template tersebut
sehingga bisa digunakan lagi untuk mencetak nomor barcode lainnya.
Pustakawan Kreatif Menuju Otomasi
Perpustakaan dan Perpustakaan Digital
Memasuki
millenium ke tiga, yang ditandai dengan maraknya pembicaraan mengeni digital
library, peranan perpustakaan sangat drastis berubah seiring dengan berubahnya
paradigma layanan perpustakaan dan informasi. Perubahan drastis itu sudah
barang tentu menuntut pula perubahan dalam kompetensi dan ketrampilan serta
karakteristik pustakawan sebagai pengelola perpustakaan atau pun sebagai
manajer informasi. Kompetensi yang
dituntut setidaknya meliputi kompetensi kultural dan kompetensi manajemen.
Beberapa
kompetensi kultural yang dituntut dari seorang pustakawan di era globalisasi
adalah:
·
Kreatif,
proaktif dan percaya diri tinggi
·
Tidak
pernah bosan belajar
·
Ada kemauan untuk selalu berubah dan memperbaiki diri
·
Berkepribadian
dan berpenampilan menarik
·
Mudah bergaul dan bekerja sama dengan siapa saja
·
Punya komitmen terhadap layanan yang bermutu dan tidak
pernah puas dengan layanan yang diberikan
·
Berjiwa
kewirausahaan (enterpreneurship)
·
Tegas dalam aturan namun fleksibel pelaksanaan
·
Jujur
dan bermoral
Sedangkan
beberapa kompetensi manajemen dan ketrampilan yang dituntut dimiliki oleh
seorang pustakawan di era globalisasi adalah:
·
Menguasai ketrampilan teknis yang diperlukan sebagai
seorang pustakawan dan manajer informasi
·
Tidak gagap teknologi, bahkan dituntut menguasai
penggunaan TI
·
Menguasai
setidaknya satu bahasa asing
·
Trampil berkomunikasi baik lisan maupun tulisan serta
rajin membaca
·
Punya kemampuan untuk melakukan penelitian secara mandiri
atau kelompok
·
Punya kemampuan untuk mengajar dan membimbing pengguna
·
Berpikir secara global dan komprehensif namun bertindak
sesuai kondisi dan kebutuhan, seperti kata orang bijak
Ø Perpustakaan
Digital
1. Hakikat Perpustakaan Digital
Perpustakaan Digital adalah sebuah sistem yang memiliki berbagai
layanan dan obyek informasi yang mendukung akses obyek informasi tesebut
melalui perangkat digital (Sismanto, 2008). Layanan ini diharapkan dapat
mempermudah pencarian informasi di dalam koleksi obyek informasi seperti
dokumen, gambar dan database dalam format digital dengan cepat, tepat, dan
akurat. Perpustakaan digital itu tidak berdiri sendiri, melainkan terkait
dengan sumber-sumber lain dan pelayanan informasinya terbuka bagi pengguna di
seluruh dunia. Koleksi perpustakaan digital tidaklah terbatas pada dokumen
elektronik pengganti bentuk cetak saja, ruang lingkup koleksinya malah sampai
pada artefak digital yang tidak bisa digantikan dalam bentuk tercetak. Koleksi
menekankan pada isi informasi, jenisnya dari dokumen tradisional sampai hasil
penelusuran. Perpustakaan ini melayani mesin, manajer informasi, dan pemakai
informasi. Semuanya ini demi mendukung manajemen koleksi, menyimpan, pelayanan
bantuan penelusuran informasi.
Lesk (dalam Pendit, 2007) memandang perpustakaan digital secara
sangat umum sebagai semanat-mata kumpulan informasi digital yang tertata. Arms
(dalam Pendit, 2000) memperluas sedikitnya dengan menambahkan bahwa koleksi
tersebut disediakan sebagai jasa dengan memanfaatkan jaringan informasi.
Sismanto (2008) juga mengungkapkan bahwa gagasan perpustakaan
digital ini diikuti Kantor Kementerian Riset dan Teknologi dengan program Perpustakaan
Digital yang diarahkan memberi kemudahan akses dokumentasi data ilmiah dan
teknologi dalam bentuk digital secara terpadu dan lebih dinamis. Upaya ini
dilaksanakan untuk mendokumentasikan berbagai produk intelektual seperti tesis,
disertasi, laporan penelitian, dan juga publikasi kebijakan. Kelompok sasaran
program ini adalah unit dokumentasi dan informasi skala kecil yang ada di
kalangan institusi pemerintah, dan juga difokuskan pada lembaga pemerintah dan
swasta yang mempunyai informasi spesifik seperti kebun raya, kebun binatang,
dan museum.
Perbedaan ”perpustakaan biasa” dengan ”perpustakaan digital”
terlihat pada keberadaan koleksi. Koleksi digital tidak harus berada di sebuah
tempat fisik, sedangkan koleksi biasa terletak pada sebuah tempat yang menetap,
yaitu perpustakaan. Perbedaan kedua terlihat dari konsepnya. Konsep
perpustakaan digital identik dengan internet atau kompoter, sedangkan konsep
perpustakaan biasa adalah buku-buku yang terletak pada suatu tempat. Perbedaan
ketiga, perpustakaan digital bisa dinikmati pengguna dimana saja dan kapan
saja, sedangkan pada perpustakaan biasa pengguna menikmati di perpustakaan
dengan jam-jam yang telah diatur oleh kebijakan organisasi perpusakaan.
2. Dasar Pemikiran Perpustakaan Digital
Ada beberapa hal yang mendasari pemikiran tentang perlunya
dilakukannya digitasi perpustakaan adalah sebagai berikut:
Perkembangan teknologi informasi di Komputer semakin membuka
peluang-peluang baru bagi pengembangan teknologi informasi perpustakaan yang
murah dan mudah diimplementasikan oleh perpustakaan di Indonesia. Oleh karena
itu, saat ini teknologi informasi sudah menjadi keharusan bagi perpustakaan di
Indonesia, terlebih untuk mengahadapi tuntutan kebutuhan bangsa Indonesia
sebuah masyarakat yang berbasis pengetahuan - terhadap informasi di masa
mendatang.
Perpustakaan sebagai lembaga edukatif, informatif, preservatif dan
rekreatif yang diterjemahkan sebagai bagian aktifitas ilmiah, tempat
penelitian, tempat pencarian data/informasi yang otentik, tempat menyimpan,
tempat penyelenggaraan seminar dan diskusi ilmiah, tempat rekreasi edukatif,
dan kontemplatif bagi masyarakat luas. Maka perlu didukung dengan sistem
teknologi informasi masa kini dan masa yang akan datang yang sesuai kebutuhan
untuk mengakomodir aktifitas tersebut, sehingga informasi dari seluruh koleksi
yang ada dapat diakses oleh berbagai pihak yang membutuhkannya dari dalam
maupun luar negeri.
Dengan fasilitas digitasi perpustakaan, maka koleksi-koleksi yang
ada dapat dibaca/dimanfaatkan oleh masyarakat luas baik di Indonesia, maupun
dunia internasional.
Volume pekerjaan perpustakaan yang akan mengelola puluhan ribu
hingga ratusan ribu, bahkan bisa jutaan koleksi, dengan layanan mencakup
masyarakat sekolah (peserta didik, tenaga kependidikan, dan masyarakat luas),
sehingga perlu didukung dengan sistem otomasi yang futuristik (punya
jangkauan kedepan), sehingga selalu dapat mempertahanan layanan yang prima.
Saat ini sudah banyak perpustakaan, khususnya di perguruan tinggi
dengan kemampuan dan inisiatifnya sendiri telah merintis pengembangan teknologi
informasi dengan mendigitasi perpustakaan (digital library) dan library
automation yang saat ini sudah mampu membuat Jaringan Perpustakaan Digital
Nasional (Indonesian Digital Library Network).
Awal adanya perpustakaan digital di Indonesia adalah eksperimen
sekelompok orang di perpustakaan pusat Institut Teknologi Bandung (ITB). Mereka
memprakarsai Jaringan Perpustakaan Digital Indonesia bekerja sama dengan Computer
Network Research Group (CNRG) dan Knowledge Management Research Group (KMRG).
3. Keunggulan dan Kelemahan Perpustakaan Digital
Beberapa keunggulan perpustakaan digital diantaranya adalah
sebagai berikut. Pertama, long distance service, artinya dengan
perpustakaan digital, pengguna bias menikmati layanan sepuasnya, kapanpun dan
dimanapun. Kedua, akses yang mudah. Akses pepustakaan digital lebih
mudah dibanding dengan perpustakaan konvensional, karena pengguna tidak perlu
dipusingkan dengan mencari di katalog dengan waktu yang lama. Ketiga, murah
(cost efective). Perpustakan digital tidak memerlukan banyak biaya.
Mendigitalkan koleksi perpustakaan lebih murah dibandingkan dengan
membeli buku. Keempat, mencegah duplikasi dan plagiat. Perpustakaan
digital lebih “aman”, sehingga tidak akan mudah untuh diplagiat. Bila
penyimpanan koleksi perpustakaan menggunakan format PDF, koleksi perpustakaan
hanya bisa dibaca oleh pengguna, tanpa bisa
mengeditnya. Kelima, publikasi karya secara global. Dengan
adanya perpustakaan digital, karya-karya dapat dipublikasikan secara global ke
seluruh dunia dengan bantuan internet. Selain keunggulan, perpustakaan digital
juga memiliki kelemahan. Pertama, tidak semua pengarang mengizinkan karyanya
didigitalkan. Pastinya, pengarang akan berpikirpikir
tentang royalti yang akan diterima bila karyanya didigitalkan.
Kedua, masih banyak masyarakat Indonesia yang buta akan teknologi.
Apalagi, bila perpustakaan digital ini dikembangkan dalam perpustakaan di
pedesaan. Ketiga, masih sedikit pustakawan yang belum mengerti tentang tata
cara mendigitalkan koleksi perpustakaan. Itu artinya butuh sosialisasi dan
penyuluhan tentang perpustakaan digital.
4. Proses Perpustakaan Digital
Suryandari (2007) mengungkapkan proses digitalisasi yang dibedakan
menjadi tiga kegiatan utama, yaitu: a) Scanning, yaitu proses memindai
(men-scan) dokumen dalam bentuk cetak dan mengubahnya ke dalam bentuk
berkas digital. Berkas yang dihasilkan dalam contoh ini adalah berkas PDF. b) Editing,
adalah proses mengolah berkas PDF di dalam komputer dengan cara memberikan password,
watermark, catatan kaki, daftar isi, hyperlink, dan sebagainya.
Kebijakan mengenai hal-hal apa saja yang perlu diedit dan dilingdungi di dalam
berkas tersebut disesuaikan dengan kebijakan yang telah ditetapkan
perpustakaan. Proses OCR (Optical Character Recognition) dikategorikan
pula ke dalam pross editing. OCR adalah sebuah proses yang mengubah gambar
menjadi teks. Sebagai contoh, jika kita memindai sebuah halaman abstrak tesis,
maka akan dihasilkan sebuah berkas PDF dalam bentuk gambar. Artinya, berkas
tersebut tidak dapat dioleh dengan program pengolahan kata. c) Uploading,
adalah proses pengisian (input) metadata dan meng-upload berkas
dokumen tersebut ke digital library. Berkas yang di-upload adalah berkas
PDF yang berisi full text karya akhir dari mulai halaman judul hingga
lampiran, yang telah melalui proses editing.
Di bagian akhir, ada dua buah server. Server pertama yaitu sebuah
server yang berhubungan dengan intranet, berisi seluruh metadata dan full text
karya akhir yang dapat diakses oleh seluruh pengguna di dalam Local Area
Network (LAN) perpustakaan yang bersangkutan. Sedangkan server kedua adalah
sebuah server yang terhubung ke internet, berisi metadata dan abstrak karya
tersebut. Pemisahan kedua server ini bertujuan untuk keamanan data. Dengan
demikian, full tekt sebuah karya hanya dapat diakses dari LAN, sedangkan
melalui internet, sebuah karya hanya dapat diakses abstraknya saja.
5. Infrastruktur Perpustakaan Digital
Berikut ini akan dijelaskan beberapa infrastruktur perpustakaan
digital. Kebutuhan dalam perpustakaan digital adalah perangkat keras, perangkat
lunak, dan jaringan komputer sebagai elemen-elemen penting infrastruktur sebuah
perpustakaan digital. Perangkat utama yang diperlukan dalam perpustakaan
digital adalah computer personal (PC), internet (inter-networking), dan world
wide web (WWW). Ketiga hal tersebut memungkinkan adanya perpustakaan
digital.
Perpustakaan digital juga memerlukan sistem informasi. Sucahyo dan
Ruldeviyani (2007) mengungkapkan bahwa ada tiga elemen penting yang diperlukan
dalam pengembangan sistem informasi, yaitu pernagkat keras (hardware),
perangkat lunak (software), dan manusia (brainware).
Perangkat keras yang dimaksud adalah sebagai berikut: (1) Web
server, yaitu server yang akan melayani permintaan-permintaan layanan web
page dari para pengguna internet; (2) Database server, yaitu jantung
sebuah perpustakaan digital karena di sinilah keseluruhan koleksi disimpan; (3)
FTP server, yaitu untuk melakukan kirim/terima berkas melalui jaringan komputer;
(4) Mail server, yaitu server yang melayani segala sesuatu yang
berhubungan dengan surat elektronik (e-mail); (5) Printer server, yaitu
untuk menerima permintaan-permintaan pencetakan, mengatur antriannya, dan
memprosesnya; (6) Proxy server, yaitu untuk pengaturan keamanan
penggunaan internet dari pemakaipemakai yang tidak berhak dan juga dapat
digunakan untuk membatasi ke situs-situs yang tidak diperkenankan.
Perangkat lunak yang paling banyak digunakan adalah Apache yang
bersifat open source (bebas terbuka-gratis). Untuk yang mengunakan Microsoft,
terdapat perangkat lunak untuk web server yaitu IIS (Internet
Information Sevices). Sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam sistem
informasi ini adalah (1) Database Administrator, yaitu penanggungjawab
kelancaran basis data, (2) Network Administrator, yaitu penanggungjawab
kelancaran operasional jaringan komputer, (3) System Administrator, yaitu
penanggungjawab siapa saja yang berhak mengakses sistem, (4) Web Master, yaitu
penjaga agar website beserta seluruh halaman yang ada di dalamnya tetap
beroperasi sehingga bisa diakses oleh pengguna, dan (5) Web Designer,
yaitu penanggungjawab rancangan tampilan website sekaligus mengatus isi website.
a. Kesimpulan
Automasi Perpustakaan adalah sebuah proses pengelolaan
perpustakaan dengan menggunakan bantuan teknologi informasi (TI). Ada beberapa
perbedaan dalam automasi perpustakaan dan digitalisasi. Perbedaan keduanya
adalah terletak pada sistem, aksesibilitas, dan manajemen pengelolaan sistem.
Sistem Automasi Perpustakaan adalah penerapan teknologi informasi pada
pekerjaan administratif di perpustakaan yang menyangkut antara lain: pengadaan,
inventarisasi, katalogisasi, sirkulasi bahan pustaka, pengelolaan anggota,
statistik dan sebagainya. Sedangkan sistem perpustakaan digital adalah
penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan dan
menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital. Dalam Sistem
perpustakaan digital dirancang agar koleksi perpustakaan mudah diakses dan jangkauan
aksesnya luas, penelusur darimanapun dapat mendapatkan informasi secara
langsung tanpa harus bertatap muka dengan pengelola. Sedangkan dalam automasi
perpustakaan aksesnya masih sulit sebab hanya anggota saja yang mampu mengakses
dan harus datang ke lokasi perpustakaan. Implementasi sistem perpustakaan
digital merupakan hal yang kompleks dan rumit, perlu perencanaan yang matang.
Mulai dari menyiapkan white papers, spesifikasi fungsional sistem, model
bisnis, manajemen tekhnologi, isu legal, manajemen SDM, prosedur dan lain-lain.
Ada faktor penggerak dan alasan membuat automasi perpustakaan
menurut Purwono, 2008. Faktor Penggerak automasi perpustakaan antara lain:
Kemudahan mendapatkan produk TI, Harga semakin terjangkau untuk memperoleh
produk TI, Kemampuan dari teknologi informasi, Tuntutan layanan masyarakat
serba klik.
Sedangkan alasan lain membuat automasi perpustakaan adalah:
mengefisienkan dan mempermudah pekerjaan dalam perpustakaan, memberikan layanan
yang lebih baik kepada pengguna perpustakaan, meningkatkan citra perpustakaan,
pengembangan infrastruktur nasional, regional dan global, pengembangan
infrastruktur nasional, regional dan global. Cakupan dari Automasi Perpustakaan
adalah: Pengadaan koleksi, Katalogisasi, Sirkulasi, reserve, inter-library
loan, Pengelolaan penerbitan berkala, Penyediaan katalog (OPAC),
Pengelolaan anggota, dan Statistik. Beberapa hal yang harus diketahui dan
dikerjakan oleh pustakawan dalam mengautomasikan perpustakaannya adalah:
Paham akan maksud dan ruang lingkup dan unsur dari AP (automasi
perpustakaan)
Paham dan bisa mengapresiasi pentingnya melaksanakan analisis
sistem yang menyeluruh sebelum merencanakan desain system
Paham akan dan bisa mengapresiasi manfaat analisis sistem dan
desain, implementasi, evaluasi dan maintenance.
Paham akan proses evaluasi software sejalan dengan proposal
sebelum menentukan sebuah system
Paham akan dan bisa mengapresiasi pentingnya pelatihan untuk staf
dan keterlibatan mereka dalam seluruh proses kerja Menurut Arif , Sebuah
Sistem automasi Perpustakaan pada umumnya terdiri dari 3 (Tiga) bagian,
komponen tersebut yaitu : Pangkalandatauser/pengguna, dan perangkat automasi
Perangkat automasi terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu : perangkat
keras, dan perangkat lunak automasi.
Ø Pengantar
Internet
Istilah INTERNET berasal dari bahasa
Latin inter, yang berarti “antara”. Secara kata per kata INTERNET
berarti jaringan antara atau penghubung. Memang itulah fungsinya, INTERNET
menghubungkan berbagai jaringan yang tidak saling bergantung pada satu sama
lain sedemikian rupa, sehingga mereka dapat berkomunikasi. Sistem apa yang
digunakan pada masing-masing jaringan tidak menjadi masalah, apakah sistem DOS
atau UNIX. Sementara jaringan lokal biasanya terdiri atas komputer sejenis
(misalnya DOS atau UNIX), INTERNET mengatasi perbedaan berbagai sistem operasi
dengan menggunakan “bahasa” yang sama oleh semua jaringan dalam pengiriman
data. Pada dasarnya inilah yang menyebabkan besarnya dimensi INTERNET.
Dengan demikian, definisi INTERNET ialah “jaringannya jaringan”,
dengan menciptakan kemungkinan komunikasi antar jaringan di seluruh dunia tanpa
bergantung kepada jenis komputernya.
Kesimpulan:
·
Definisi INTERNET : Internet
merupakan hubungan antar berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang
berbeda sistem operasi maupun aplikasinya di mana hubungan tersebut
memanfaatkan kemajuan media komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan
protokol standar dalam berkomunikasi yaitu protokol TCP/IP.
·
Fungsi : Internet merupakan
media komunikasi dan informasi modern.
Sejarah Terbentuknya Internet
Banyak hal di INTERNET hanya dapat dimengerti dengan mengetahui
latar-belakang perkembangannya.
ARPANet
Pada tahun 1969 ARPA (Advanced Research Project Agency), sebuah
bagian dalam kementerian Pertahana Amerika Serikat memulai sebuah proyek, yang
di satu sisi menciptakan jalur komunikasi yang tak dapat dihancurkan dan disisi
lain memudahkan kerjasama antar badan riset diseluruh negeri, seperti juga
industri senjata. Maka terbentuklah ARPANet. Bila pada awalnya komputer sejenis
yang melakukan pertukaran data, bertambahnya komputer dengan berbagai sistem
operasi lain menuntut solusi baru komunikasi yang tak terbatas antar semua
badan yang tergabung dalam jaringan.
Internetting Project
Untuk itu dibuat Internetting Project, yang
mengembangkan lebih lanjut hasil yang telah dicapai dalam ARPANet, agar media
komunikasi baru ini juga dapat dimanfaatkan oleh berbagai sistem komputer yang
tergabung. Kemudian vendor-vendor komputer meramaikan lalu lintas jaringa
tersebut untuk berbagai kebutuhan sehingga terciptalah INTERNET.
Protokol Internet : TCP/IP
Seperti telah disebutkan di atas, INTERNET terbentuk dari
jaringan-komputer yang tersebar di seluruh dunia. Masing-masing
jaringan-komputer terdiri dari tipe-tipe komputer yang berbeda dengan jaringan
yang lainnya. Maka diperlukan sebuah protokol yang mampu mengintegrasikan
seluruh jaringan komputer tersebut.
Solusinya adalah sebuah protokol pengiriman data yang tak bergantung
pada jenis komputer dan digunakan oleh semua komputer untuk saling bertukar
data. Agar data tidak hanya dapat dikirim dan diterima, melainkan juga dapat
dimanfaatkan oleh setiap komputer, diperlukan program standar yang mengolah
data tersebut pada sistem yang berkaitan.
Protokol pengiriman merupakan sebuah konvensi (kesepakatan) yang
menetapkan dengan cara apa data dikirimkan dan bagaimana kesalahan yang terjadi
dikenali serta dipecahkan. Secara sederhana prose pengiriman data terdiri atas
dua langkah.
Pertama, data yang akan dikrimkan (misalnya sebuah file teks) dibagi
ke dalam paket data berukuran data berukuran sama (paket), kemudian dikirimkan satu per satu. Di Internet, protokol
ini disebut IP (Internet Protocol).
Kedua, harus dijamin setiap paket data sampai ke alamat yang benar
dan semuanya benar diterima. Untuk itu diperlukan protokol lainnya, yaitu Transmission Control Protocol (TCP)
mengaitkan sebuah blok data pada paket data IP, yang antara lain mengandung
informasi mengenai alamat, jumlah total paket data dan urutan setiap paket yang
membentuk paket tersebut. Hanya secara bersamaan kedua protokol membentuk
kesatuan yang berfungsi, karena itu biasanya disebut TCP/IP.
Dengan adanya
TCP/IP ini, INTERNET memiliki 3 keuntungan :
·
Memberi kesempatan INTERNET
menggunakan jalur komunikasi yang sama untuk pemakai yang berbeda pada saat
yang sama. Karena paket-paket data tidak perlu dikirimkan bersama-sama, jalur
komunikasi dapat membawa segala tipe paket data sementara mereka dikirimkan
dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Sebagai contoh, bayangkan sebuah
jalan raya di mana mobil bergerak sepanjang jalan yang sama walaupun mereka
menuju ke tempat-tempat yang berbeda-beda.
·
Memberi INTERNET fleksibilitas.
Sementara paket-paket data bergerak, mereka bergerak dari satu host ke host
lain sampai mencapai tujuan akhir. Jika sebuah jalur komunikasi tidak
berfungsi, sistem yang mengontrol aliran data dapat menggunakan jalur
alternatif. Maka, paket-paket data dapat bergerak melalui jalur-jalur yang
berbeda-beda.
·
Meningkatkan kecepatan
transmisi data. Sebagai contoh, jika terjadi kesalahan, TCP meminta host asal
mengirm kembali hanya paket-paket data yang mengandung kesalahan, bukan semua
paket data. Ini berarti meningkatkan kecepatan transmisi data.
Cara mengakses Internet
1. Sambungan langsung ke Network
Anda dapat menggunakan sebuah komputer yang secara langsung
mempunyai hubungan ke INTERNET. Sebagai contoh, Anda mungkin menggunakan sebuah
PC yang merupakan bagian dari sebuah jaringan komputer yang mempunyai hubungan
ke INTERNET. Dalam kasus ini, sistem Anda menjadi host INTERNET penuh, yaitu
mempunyai alamat elektronik tersendiri.
2. Sambungan
dengan menggunakan SLIP/PPP
Untuk menggunakan hubungan dial-up telepon, Anda memerlukan sebuah
alat untuk mengkonversi sinyal komputer (digital) menjadi sinyal telepon
(analog), dan sebaliknya. Alat untuk mengkonversi sinyal digital ke sinyal
analog disebut modulator. Sedang,
alat untuk mengkonversikan sinyal analog ke sinyal digital disebut demodulator. Untuk mengakses ke INTERNET
melalui hubungan telepon, Anda memerlukan sebuah modem (modulator-demodulator). Selain itu diperlukan juga TCP/IP dan
software SLIP atau PPP seperti Linux, Warp, dll.
3. Sambungan
langsung ke On-line Service seperti BBS, Compuserve.
Untuk menjadi sebuah host INTERNET tanpa harus memiliki hubungan
full-time ke INTERNET (yang umumnya sangat mahal), ada sebuah cara mensetup
sebuah host INTERNET melalui hubungan telepon. Untuk melakukan hal tersebut,
Anda perlu mengadakan perjanjian dengan sebuah host INTERNET yang lain yang
bertindak sebagai titik hubungan. Selanjutnya, diperlukan sejumlah program yang
disebut sebagai PPP (Point to Point Protocol) dan SLIP (Serial Line Internet
Protocol) dalam workstation. Setelah workstation menghubungi host INTERNET
melalui jalur telepon, PPP menyediakan kemampuan TCP/IP untuk workstation
tersebut.
Alamat IP
Sebuah alamat IP
terdiri atas sebuah angka biner 32-bit, yang menggambarkan lokasi jaringan
hingga komputer dalam jaringan tersebut yang harus dicapai. Dari sanalah Router
memilih jalur yang paling menguntungkan.
Artinya,
Internet menentukan sendiri jalan “melalui” banyak jaringan yang tergabung
antara dua tempat, sehingga hampir tak mungkin merusak media komunikasi ini.
Bila misalnya sebuah kabel penghubung rusak oleh pekerjaan galian tanah,
INTERNET mengalihkan pengiriman paket ke jalur lain. Hal ini disebut Dynamic Rerouting.
Alamat DNS
Karena angka biner tidak mudah diingat, maka dikembangkan sistem Domain Name System (DNS). Disini alamat
disusun dalam sebuah hierarki berbagai wilayah (domain = wilayah), yang
mewakili sebuah kelompok host tertentu.
Host adalah komputer dalam jaringan lokal (LAN) atau Wide Area Network (WAN),
yang diakses oleh komputer lain dalam jaringan tersebut.
Agar penyampaian otomatis oleh Router tetap berfungsi, angka biner
tetap digunakan. Bila Anda memberikan sebuah alamat DNS, pertama-tama data
dikirimkan ke sebuah Server dan
diubah menjadi alamat Ip yang dapat dibaca oleh Komputer.
Contoh berikut ini akan menjelaskan sistem alamat DNS. Seperti pada
alamat IP, alamat tersebut juga mengandung informasi yang dibutuhkan untuk
identifikasi komputer yang diingikan. Setiap bagian alamat DNS harus dipisahkan
dengan sebuah titik.
Gopher adalah nama sebuah komputer dalam jaringan “bppt” dalam domain “id”, yang berarti Indonesia. Seperti
Anda lihat pada contoh di atas, mula-mula ditulis nama host yang diinginkan,
disusul oleh bagian-bagian yang semakin besar hingga tingkat tertinggi, yaitu
domain.
Untuk mencapai komputer tersebut, alamat dibaca dari kanan ke kiri.
Mula-mula jaringan tempat Anda mengakses INTERNET menciptakan hubungan dengan
Router tertinggi yang mengelola semua alamat dalam domain “id”.
Domain diatas mewakili sebuah wilayah geografis, singkatan “id”
berarti Indonesia.
Selain itu terdapat pula berbagai domain tematik, yang dikenali pada singakatan
paling kanan dalam alamat DNS.
Singkatan
|
Jenis Domain
|
Com
|
perusahaan
komersial
|
Edu
|
badan
pendidikan (misalnya universitas atau institut)
|
Gov
|
lembaga
pemerintahan non-militer
|
Mil
|
militer
|
Net
|
jaringan
|
Org
|
organisasi
lainnya
|
int
|
organisasi
internasional
|
Ac
|
badan
pendidikan
|
Domain geografis :
Singkatan
|
Artinya
|
Singkatan
|
Artinya
|
Singkatan
|
Artinya
|
At
|
Austria
|
pl
|
Polandia
|
de
|
Jerman
|
Au
|
Australia
|
pt
|
Portugal
|
be
|
Belgia
|
Ch
|
Swiss
|
se
|
Swedia
|
bg
|
Bulgaria
|
Dk
|
Denmark
|
uk
|
Inggris
|
br
|
Brazil
|
Ee
|
Eslandia
|
us
|
Amerika
|
fi
|
Finlandia
|
Es
|
Spanyol
|
cl
|
Cile
|
fr
|
Prancis
|
in
|
India
|
ir
|
Irlandia
|
jp
|
Jepang
|
Dengan demikian
alamat INTERNET standar adalah : username@domain
KEPUSTAKAAN
MUSTAFA, B. Perubahan
paradigma layanan perpustakaan di era teknologi informasi. Jurnal Pustakawan Indonesia, 1998 Vol. 1 No. 1: hal.1 – 5.
MUSTAFA, B. Komersialisasi layanan perpustakaan:
tinjauan dan prospek. Makalah
pendukung yang disampaikan dalam beberapa seminar.
SUDARSONO, Blasius. Nilai ekonomi informasi bagi perpustakaan. Makalah ringkas dalam suatu diskusi di
Jakarta, 16 September 1996.
SULISTYO-BASUKI. Peran
perpustakaan dalam masa krisis moneter. Makalah disajikan dalam Temu Ilmiah
Berkala Program Studi S2 Ilmu Perpustakaan, Informasi dan Kearsipan. Depok,
Jum’at, 12 Juni 1998.
SULISTYO-BASUKI. Perubahan
paradigma dalam sistem informasi. Makalah pembuka pada Seminar Sehari
Layanan Pusdokinfo Berorientasi Pemakai di Era Informasi, diselenggarakan oleh
Program Studi Ilmu Perpustakaan, Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia,
Jakarta, 16 Maret 1996.
VANES, Susan
I. Do You Communicate?. Library
Management. 14 (2) 1993: 19-23.
N a m a : La Tommeng, S.Sos., M.I.Kom
Asal : Sidrap
Alamat Rumah : Kompleks UNHAS Blok J No. 7 Antang
Tlp. (0411) 495881
Alamat
Kantor : UPT Perpustakaan UNHAS
Kampus UNHAS
Km 10 Tamalanrea
Telp (0411) 580086 Fax 0411-587027
Hp. 08124215457 / Flexi (0411)2475510
Pendidikan :
D3 Perpustakaan Sospol UNHAS (1986).
S1-Jurusan Ilmu Perpustakaan
S2-Ilmu Komunikasi UNHAS
Kursur dan
pelatihan:
n
Pelatihan sistem jaringan Local Area Network di UNHAS
n
Pelatihan Bidang Perpustakaan dan Informasi selama 1991
di Bandung.
n
Pelatihan digitalisasi Perpustakan di Bogor
n
Pelatihan program DYNIX 1994 di Bali.
n
Lanjutan pelatihan program DYNIX 1995 di Jakarta.
n
Pelatihan Manajemen Perpustakaan PTN/PTS Bogor, 1996
n Juara 2
Pustakawan Berprestasi tahun 2009
Pengalaman Profesional
n Asisten
Konsultan Automasi Perpustakaan untuk Kawasan Timur Indonesia
n Asisten Konsultan
Pembentukan dan pengelolaan Perpustakaan Multimedia Pemerintah Sulawesi Selatan
n Anggota Tim
Revisi SIPISIS ver DOS dan Versi Windows
n Penanggungjawab
Automasi Perpustakaan UNHAS dalam pengembangan SIPISIS (Sistem Informasi
Perpustakaan Berbasis CDS/ISIS)
n Ketua Divisi
Informasi PTIK Universitas Hasanuddin
n Pengurus IPI
(Ikatan Pustakawan Indonesia) Sulawesi Selatan
n Pembuat
Katalog Induk dalam CD-R untuk Untuk beberapa
perguruan tinggi di Indonesia
n Merancang dan
membangun pangkalan data automasi di lebih dari dua ratus perpustakaan di
seluruh Indonesia.
n Mengikuti dan
berbicara sebagai penceramah dalam seminar lokal dan nasional dalam bidang
perpustakaan, informasi dan komputer